Cermin
Melihat ke cermin dalam keadaan sudah siap berhias (dan tentunya sudah mandi), kita pun tersenyum. Terasa indah dan yakin bertemu orang-orang di luar rumah. Bersosial.
cermin menggambarkan kita seorang yang 'sempurna' setelah kita berdiri di dépannya dalam keadaan 'disempurnakan'. Bagaimana jika sebaliknya? dapatkah cermin memantulkan kita yang buruk, comot dan gelisah? Kita yang kusut masai, kulit yang kusam tidak berbedak dengan gigi yang belum dicuci pagi-pagi tegak di depan cermin labuh ke kaki. Oh hodohnya!
Namun, kehodohan luaran mampukah menjelmakan yang di dalam. Kita yang begitu 'teruk' berhadapan dengan cermin, sebenarnya sedang tersenyum di hati gara-gara sudah mendapatkan satu jawapan kepada masalah yang berlegar di kepala sejak semalam.
Kita yang nampak begitu cantik di depan cermin sebenarnya amat kotor di dalam, dengki kepada orang-orang kaya di luar sana. Bahkan, dengan segala yang dipaksakan di luar, hati menjadi benci sekali kepada kleptokrasi kuasa.
Teori cermin; bukan hanya menyorot di pantulan pertama, tetapi berbagai lapisan yang terselindung di balik tubuh dan senyuman.
Tulisan juga begitu!!!